![]() |
Ditulis oleh: Fahrial Jauvan Tajwardhani |
“Ivan…bangun!!!”
Berat sekali rasanya membuka
mata dihari libur seperti ini. Pelan-pelan kucoba membuka mata mencari suara
yang tega-teganya mengganggu sepagi ini. Kulihat Mamah sudah berpakaian rapi berdiri
didepanku. Belum sepenuhnya kekuatanku terkumpul, langsung saja ku melompat
dari tempat tidur menuju kamar mandi. Wah… bodohnya aku, melupakan
keberangkatan hari ini. Untungnya tadi malam semua keperluanku sudah Mamah
siapkan. Aku tinggal berangkat saja.
“Tasmu sudah dalam
mobil, cepat berangkat.”
“Mamah ga nganter?” tanyaku.
“Ngga, Mamah ga mau
nangis.”
“Wah, Mamah….sesayang
itukah Mamah padaku,” canda manjaku sambil berjalan menghampiri kemudian
memeluknya.
Matanya berbinar saatku
peluk tubuhnya. Ada rasa ketidak tegaan dihatiku meninggalkan Mamah sendirian.
Sekali lagi, kupeluk tubuhnya lebih erat, binar dimatanya kini pecah jadi
airmata yang menetes dipipi. Wajar kalo Mamah menangis begitu, karna terhitung sejak
hari ini sampai 2 tahun kedepan kami tak akan bertemu.
“Cepat berangkat, nanti
Ivan ketinggalan pesawat!!!”
“Hati-hati, jaga diri baik-baik,
jangan bandel, Ivan harus konsentrasi belajar ga boleh pacaran, disana harus
nurut sama Om kamu,” lanjut Mamah menasehatiku.
***
Sekarang aku berada
dibenua eropa untuk melanjutkan study. Oh iya, disini aku belajar bukan sebagai
mahasiswa tapi hanya seorang siswa. Melewati 2 tahun disini dengan cepat dan
kembali keindonesia, itulah keinginanku saat ini.
Hari-hari berlalu,
rutinitasku disini tak ada yang mengesankan. Ingin rasanya buru-buru pergi dari
keasingan ini. Pernah ada niatan berontak ke Mamah, tapi tak sampai hati aku
melakukannya. Itu hanya akan membuatnya kecewa. Mamah berharap aku berprestasi
disini. Percuma rasanya bebas kalo Mamah akhirnya kecewa padaku.
Lambat sekali waktu
berjalan, ruang gerakku semakin hari semakin sempit. Kalau bukan buku pasti
laptop yang menemaniku. Hanya itu yang mengisi hari-hariku. Oh Tuhan, aku
merasa saat ini sedang diuji.
Seperti biasa, hampir
setiap pagi kuberlari mengejar bis sekolah. Dan pagi ini adalah kesialan yang
teramat sangat terjadi padaku, bis sekolah benar-benar penuh. Mungkin karna kedatangan
siswa baru. Susah rasanya bernafas ditengah himpitan orang-orang besar
disekelilingku. Baru beberapa menit menikmati perjalanan, bisnya kembali
berhenti. Ya ampun, semerana inikah hidupku!!! Keluhku.
Bis sekolah kembali
melanjutkan perjalanan, samar-samar kulihat gadis yang baru naik tadi berdesakkan
mencari tempat duduk. Anak itu pasti siswa baru? pikirku.
Sebenarnya aku sudah
berniat untuk tak menghiraukannya. Na’asnya aku. Gadis itu berjalan menuju
kearahku. Dan, ya….! Dia berdiri tepat dihadapanku.
Karna dia perempuan
jadi aku mengalah, membiarkannya menduduki kursiku. “Hi…sit here,” ujarku
sambil berdiri.
“Makasih.”
“Kamu dari Indonesia?”
“Iya.”
Spontan aku mencubit
pipinya, berteriak kesenangan, membuat penumpang lain melihatku sinis. Tatapan mereka seperti sedang mengintrogasi. Aku hanya tertunduk malu. Sepertinya
teriakanku mengagetkan mereka.
“Maaf ya….”
“Disini aku bener-bener
ga punya temen. Pas ketemu sama kamu, rasanya kaya lagi menang undian berhadiah.
Ga kebayang senengnya,” gurauku padanya, “Kamu siswa baru ya?” lanjutku.
“No…no… no… Aku sudah
satu tahun disini,” sahutnya tertawa.
“Oh jadi ceritanya kita
satu angkatan ya.”
Gadis itu hanya
menganggukkan kepala. Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan yang
benar-benar pertama dalam hidupku.
====Bersambung===
====Bersambung===
Dituggu episode berikutny ....
BalasHapus